Membagikankisah.com, Kisah Shalat Sahabat Anshar yang Terkena Panah saat Bertugas Jaga Malam - Ketika Rasulullah Saw dalam perjalanan pulang dari suatu peperangan, beliau waktu malam singgah di suatu tempat dan bersabda, "Siapakah yang siap menjadi petugas jaga pada malam ini?" Sayydina 'Ammar bin Yasir Ra. dari kalangan Anshar berkata, "Kami berdua siap bertugas jaga pada malam ini." Kemudian Rasulullah Saw menyuruh mereka bertugas jaga di sebuah bukit yang kemungkinan musuh bisa datang dari arah tersebut. Keduanya pun pergi ke bukit tersebut. Setibanya di sana, Sahabat Anshar berkata kepada saudaranya dari kaum Muhajirin, "Mari kita bagi malam ini menjadi dua bagian. Bagian pertama, aku yang bertugas jaga dan engkau beristirahat. Bagian kedua, engkau yang bertugas jaga dan aku yang beristirahat, sehingga malam ini kita dapat berjaga secara bergantian. Jika terasa ada bahaya, maka yang bertugas juga hendaknya membangunkan kawannya. jika kita berdua berjaga bersama-sama, bisa-bisa kita mengantuk dan tertidur."
Kemudian sahabat Anshar mendapat bagian tugas jaga yang pertama, dan sahabat Muhajirin tidur. Sambil bertugas, sayydina Abbad Ra. mendirikan shalat. Ternyata ada seorang musuh yang mengintainya. Dari jarak jauh, musuh itu membidikkan anak panahnya ke arah sayydina Abbad Ra. Tetapi, sayydina Abbad Ra tetap tegak, tidak goyah sedikitpun. Musuh pun melepaskan lagi anak panahnya. Hingga akhirnya musuh melepaskan lagi anak panahnya yang ketiga. Setiap anak panah menancap di badan sayydina Abbad Ra, ia langsung mencabut dan melemparkannya dengan tangannya, lalu ia ruku' dan sujud dengan tenang. Selesai shalat, sayydina Abbad Ra baru membangunkan kawannya. Ketika musuh melihat ternyata ada dua orang, ia segera melarikan diri. Ia tidak tahu, berapa banyak lagi tentara Islam di situ.
Ketika bangun, Sayydina 'Ammar Ra melihat darah mengalir dari bekas tiga anak panah pada tubuh sayydina Abbad Ra. sayydina 'Ammar Ra berkata kepada sayydina Abbad Ra, "Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkanku dari tadi?" sayydina Abbad Ra menjawab, "Ketika aku shalat tadi, aku mulai membaca Surat Al-Kahfi, dan hatiku enggan untuk ruku' sebelum menyelesaikan surat ini. Namun, akau merasa khawatir, aku bisa mati jika dipanah terus-menerus sehingga tugas dari Rasulullah Saw tidak tertunaikan. Jika aku tidak mencemaskan hal itu, akan kuselesaikan bacaan surat itu sebelum ruku', walaupun aku harus mati." (H.R. Baihaqi dan Abu Dawud)
Kemudian sahabat Anshar mendapat bagian tugas jaga yang pertama, dan sahabat Muhajirin tidur. Sambil bertugas, sayydina Abbad Ra. mendirikan shalat. Ternyata ada seorang musuh yang mengintainya. Dari jarak jauh, musuh itu membidikkan anak panahnya ke arah sayydina Abbad Ra. Tetapi, sayydina Abbad Ra tetap tegak, tidak goyah sedikitpun. Musuh pun melepaskan lagi anak panahnya. Hingga akhirnya musuh melepaskan lagi anak panahnya yang ketiga. Setiap anak panah menancap di badan sayydina Abbad Ra, ia langsung mencabut dan melemparkannya dengan tangannya, lalu ia ruku' dan sujud dengan tenang. Selesai shalat, sayydina Abbad Ra baru membangunkan kawannya. Ketika musuh melihat ternyata ada dua orang, ia segera melarikan diri. Ia tidak tahu, berapa banyak lagi tentara Islam di situ.
Ketika bangun, Sayydina 'Ammar Ra melihat darah mengalir dari bekas tiga anak panah pada tubuh sayydina Abbad Ra. sayydina 'Ammar Ra berkata kepada sayydina Abbad Ra, "Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkanku dari tadi?" sayydina Abbad Ra menjawab, "Ketika aku shalat tadi, aku mulai membaca Surat Al-Kahfi, dan hatiku enggan untuk ruku' sebelum menyelesaikan surat ini. Namun, akau merasa khawatir, aku bisa mati jika dipanah terus-menerus sehingga tugas dari Rasulullah Saw tidak tertunaikan. Jika aku tidak mencemaskan hal itu, akan kuselesaikan bacaan surat itu sebelum ruku', walaupun aku harus mati." (H.R. Baihaqi dan Abu Dawud)
Faidah
Demikianlah shalat para sahabat Ra dan betapa gairahnya mereka shalat. Meskipun panah demi panah menancap di tubuh dan darah mengalir dari lukanya, tidak mengubah keasyikan shalatnya sedikit pun. Sedangkan shalat kita, hanya karena seekor nyamuk, shalat kita menjadi kacau. Apalagi jika lebah yang datang.
ADa perbedaan pendapat fiqhiyah mengenai darah yang mengalir dalam shalat. Imam Abu Hanifah Rahmatullah 'alaih berpendapat dapat membatalkan wudhu, sedangkan menurut Madzab Imam Syafi'i tidak membatalkan.